Beauty in the dark part 10

Pelajaran Hidup Saat Memasak

Aku tertidur lelap malam ini, mungkin karena terlalu banyak aktivitas.. Kepalaku sedikit pusing kurasa, kulirik jam, setengah 8.. Aku mencoba untuk bangkit dari kasurku, namun kepalaku terasa berat, dan aku benar-benar sadar.. Ku raba keningku, kurasakan hangatnya kecingku, bukan hangat tapi panas.. Aku lupa meminum obat ku tadi malam, ya TUHAN hari ini akan berat sekali.. Aku kumpulkan semua tenagaku untuk bangkit.. Dan berhasil.. Kua langkahkan kakiku ke dapur.. Ku cek isi kulkas kos-kosan, kulkas bersama tapi isi berbeda.. kucari segala makanan dan minuman milikku, ternyata makananku hanya ada buah-buahan dan susu.. Aku tak bisa minum susu, akhirnya kuputuskan untuk memakan roti yang ada dikamarku untuk bekalku meminum obatku..

Kurebahkan sejenak badanku, walau tak begitu baik.. ya aku harus tetap menyiapkan makan siang dan soreku.. atau setidaknya makanku hari ini dan aku tetap harus belanja.. Sekitar jam setengah 9 aku putuskan untuk pergi ke warung kelontong membeli persediaan untuk makanku seminggu kedepan.. Kubeli beberapa telur, tempe, cabai, bawang, dan sayuran ( khusus sayur untuk 2 hari, kecuali kentang, wortel dan sayuran yang tahan lama lainnya biasanya untuk beberapa hari ). Selesai membeli bahan makanan dari warung tentu saja aku akan memasak untuk makanan hari ini..

" yaaa queen " aku mendengar suara tara dari kejauhan, sepertinya nyawanya belum penuh.
" udah makan kamu ?" aku menelepon tara menanyakan kabarnya ( kabar perutnya sebenarnya )
" belum, masih ngebo ini "
" udah ku duga, dah mandi geh, setengah jam lagi kesini. "
" ngapain ?"
" ngebo.. ya makanlah.. mala nanya.. makannya bangun napa "
" galak amat sih, baru juga bangun "
" makannya bangun, mandi cepetan.. "
" iyaa.. iyaa.. masak yang enak yaa "
" tenang ajah kalo itu.. udah yaa.. "

Aku menutup tlp, kusiapkan bahan masakan yang akan kumasak hari ini.. Biasanya aku akan memasak makanan yang simple saja.. Dan hari ini aku memutuskan memasak sop dan sambal balado telor-tempe karena apapun yang aku masak pasti tara suka, terlebih sambal terasi buatanku, dia akan menghabiskanya sambil menangis, karena aku akan membuatnya pedas sekali..

Tak butuh waktu lama aku untuk memasak semua masakan yang sudah aku rencanakan, karena dari SMP aku sudah mahir memasak dan bisa memasak apapun..Kadang aku teringat saat aku baru belajar menggiling cabai dengan gilingan batu jaman dulu.

2004 ~
" ma, udah siap nih " aku memperlihatkan cabai, bawang yang sudah aku bersikan kepada ibuku
" yaudah loh kak digiling "
" nggak diblender ma ?"
" nggak, belajar giling.. tuh gilingannya " ibu mengarahkan pandangannya kesudut dapur tempat barang-barang tersusun.
" mana ma.?" aku tak sabaran mencarinya, sebenernya agak malas biar pake belender saja
" cari disitu loh kak, ada disitu "
" nggak ada ma, blender ajah ya ma "
" ini loh, ada kan ?" ibu turun tangan mengambil gilingan, dan aku hanya bisa pasrah.. Aku mulai menggiling cabai dan bawang untuk bahan memasak..
" dipotong dulu kak, biar lebih gampang " Aku menurut apa yang ibu bilang, aku mulai menggiling, setelah beberapa menit dan aku mulai capek..
" udah ya ma ?"
" belum kak dikit lagi." lima menit berlalu
" udah ma "
" belum kak dikit lagi "
" lama kali ma, inikan udah halus "
" masih belum, giling ajah lagi " dengan perasaan kecewa aku menggilingnya lagi, capek dan membosankan.. pekerjaan yang paling aku benci dalam memasak..
" udah nih ma "
" yaudah lah.. tinggal ajah, nanti mama lanjutkan " akhirnya mama merasa ibah denganku " anak gadis kok nggak bisa giling cabe " dengan sedikit omelan dibelakangnya
" susah ma "
" semua itu ya susah kak, makannya kakak harus bisa apapun.. biar nggak menyusahkan orang nanti.."
" kalo itu tenang ajah ma " aku menjawabnya dengan senyum
" asal bener ajahlah kak "
" selo lah ma "
" tau nggak kak.. kenapa menggiling cabe itu harus sabar ?"
" eh.. maksudnya ma.?"
" hasil yang baik, dari usaha sama niat yang sungguh2 dan nggak kesusu "
" eh.. kayak masak dong ma "
" nah.. kok kakak bisa pulak bilang masak ?" ibuku bingung melihat ekspresi polosku saat menyamakan gilingan cabe dan masak.
" iya ma.. kalo masaknya niat, sabar, sungguh2, nggak asal cemplang cemplung trus teratur pasti masakannya enak, apalagi ditambah rasa seneng ma " jawaban polos anak SMP waktu itu.. seketika ibuku tertawa dan ayahku yang kebetulan mendengarnya pun ikut tertawa, sementara aku masih dengan tampang bingung melihat mereka berdua..
" kan bener loh ma.. yakan ? kok mala ketawa.. ayah juga loh "
" iya kak, apapun itu kalo kakak lakuinnya seneng ya jadinya baik " ayah mengelus rambutku. Aku seakan merasa bahwa aku anak paling bahagia, ternyata omonganku memang benar dan ya mama, dia mengiyakan apa yang aya bilang.. Mereka selalu memberikan contoh yang baik walau kami suka menafsirkan sesuatu dengan sudut pandang kekanakan kami..

Mengingat kenangan masa kecil membuatku sedikit melankolis, bahkan kenangan indah dikeluarga kecil kami sukses membuatku selalu merintih dalam hatiku..

----------------
Dering hapeku, membuyarkan lamunanku akan masa indah dirumahku, setiap libur kami terkadang menyempatkan waktu memasak bersama dan bercanda bersama.. yaa.. kadang kangen dengan masa itu, tapi Ah.. sudahlah..

" ya ra.. udah sampe ?" tanpa basa basi aku mengangkat tlp dari tara.
" eh.. kok tau ?"
" tau lah.. pertanyaan aneh.. udah masuk ajah, aku keluar nih "

Aku mulai menyiapkan masakan yang akan aku makan bersama tara dan tentunya dia akan mengomel karena aku belum mandi.. Tapi biarkan sajah..

" masak apa tuh ?" dia sudah tidak sabar bertanya padaku, padahal aku masih baru keluar dari kosan.
" liat ajah sendiri, pastinya enak "
" masak sih ? kalo nggak enak gimana ?"
" yodah, tak usah dimakan " aku menajwab nya sewot " tunggu ya, aku ambil lagi " dia hanya mengangguk..

-------------
" gimana.? enak ?" aku menunggu jawaban darinya.. menunjukkan muka sedikit berharap basi. dia hanya dia melanjutkan makannya dan membuatku semakin sebal..
" taraa... gimana enak nggak ?"
" sabar napa, bih masih aku cobain "
" dari tadi masak nggak bisa tau enak apa nggak ?" aku mulai sebal
" tunggu abis dulu lah.. "
" sambel ajah noh abisin " aku menyodorkan sambel ke piringnya
" ehh.. jangan.. gila kamu.. banyak banget itu.. mau ngebunuh yaa " dia menarik piringnya menjauh dari ku.
" makannya jawab geh "
" enak kok "
" udah gitu ajah ?" aku bertanya dengan nada kecewa
" nggak " dia diam sejenak " enak banget kok, aku ajah sampe nambah " dia mengelus rambutku dan tersenyum bahagia..
" waah.. makasih tara.. makan yang banyak geh "
" kamu ini, selalu nyuruh aku makan banyak.. gimana badanku nggak subur coba " dia mulai protes
" alah.. kamu juga seneng makan ajah sok ngambek "
" selama kamu yang masak bakal aku makan kok "
" itu wajib.. kalo nggak abis kamu aku buat "
" diiih.. nenek sihirnya keluar.. untung ajah masakan mu enak.. " dia tertawa mengejekku.
" bodok ah.. abisin geh "

Kami makan sambil bercanda bahkan sesekali saling berebut.. ya itulah aku dan tara, sudah terlalu dekat untuk merasakan rasa yang berbeda.. Kami bersama tapi mungkin tak bisa bersama.. Hanya diperbolehkan mengukir kenangan yang indah dalam sesaat.. Dimasa kelam dan bahagiaku.. Tara, selalu ada.. dan tak akan terganti dengan seiapapun.. Selamanyaaaa...

NEXT PART 11
Share:

Arsip Blog

Pengunjung

Blog Archive