Beauty in the dark Part 54


Aku Tak Bisa
Aku menghabiskan seharian ini dengan mereka, seperti seorang kakak, ibu, teman bagi mereka.. Renan tak jarang mencuri perhatianku jika sedang mengobrol dengan tama.. Dan mereka memang membuatku bahagia.. Tak lupa aku mengabari fida bahwa aku akan tinggal disini selama liburan.. Karena tama sengaja membahas masalah itu didepan renan.. Dan aku tak bisa menjadi orang yang jahat.. Karena aku tau, bahwa renan butuh teman.. Orang tuanya tak ada disini dan dia sendiri.. Dulu reza menemaninya, sekarang hanya tama.. Terkadang aku ingin bertanya kenapa tama selalu ada dirumah ini dan kenapa dia tak pulang kerumahnya.. Tapi ku urungkan semua itu.. Semua akan ada jawabnya seperti yang lalu..

-------------------------
" kak, hari ini nyalon yuk " renan sudah ada dibalik punggungku memelukku dari belakang
" eh.. mau ngapain emangnya ?" aku masih dalam posisiku duduk membaca buku yang aku ambil dari kamar reza
" yaa.. perawatan kak.. namanya nyalon.. renan udah lama nggak kesalon "
" kalo masih kecil jangan suka perawatan, kasian kulitnya di pres loh "
" kan kakak yang bilang udah besar.. kalo nggak mau nemenin juga nggak apa.. tapi wajib nurutin semua yang renan mau.. " jurus andalannya, dia suka sekali ngambek.. kadang menggemaskan, kadang menyebalkan.. sepintas dia mirip anda.. aah.. aku kangen rumah..
" iyaaa.. iyaaa.. nanti ke salon " aku lebih memilih kesalon daripada dikerjai abis-abisan oleh renan.
" mas tama ikut ya ?" renan bertanya ke tama
" kelen ajah.. males "
" nggak bisa.. ikut pokoknyaa.. "
" nggak " tama menjawab singkat
" kak queen.. mas tama loh.. " dia suka merengek manja.. aku hanya menyikut tama dengan ujung kakiku.. karena kami memang sedang bersantai diruang TV.. Tama melihatku dengan tatapan " apa.? " cuek miliknya dan aku membalasnya dengan tatapan " ikut nggak !" ancaman milikku.. Dan dia sudah kalah..
" iyaaa.. ikut " dia berkata dengan malas " aku menderita hari ini "

Dan tentu saja renan sudah tertawa girang, pamit untuk menyiapkan diri.. Ku intip dari kejuahan dia sudah sibuk mengotak atik lemarinya.. entah apa yang akan dia pakai walau hanya kesalon saja.. Aku memilih melanjutkan membaca bukuku..

" tega banget kamu ya "
" eeh.. kok tega "
" rasain ajah entar kalo keluar sama renan gimana "
" aku sih santai ajah.. sama-sama cewek jugaa " aku tertawa jahat
" jangan seneng dulu.. rasain ajah ntar "
" okeeee" aku menjawab santai
" berani taruhan.?" dia menantangku
" berani dong " aku sudah dengan PD menerima tantangannya " mau taruhan apa.?" aku masih santai menanggapinya
" kalo kalah.. kamu nurutin apa mauku "
" diiih.. ogaaahhh "
" namanya taruhan.. keliatan banget takut kalah "
" kalo aku menang.?"
" terserah kamu mau apa.. tapi kalo aku menang, kamu wajib nurutin semua mauku.. "
" okeee " aku menjawab ringan
" deal yaaa.. selama kamu tinggal disini yaa "
" iyaaa "
" selamat kalah queen " dia menjawab santai
" liat ajah nanti.. "

Tak berapa lama kami mengobrol, renan sudah keluar kamar dengan beberapa baju miliknya dan meminta pendapat kami.. Tama sudah ogah-ogahan dan berkata semua baju bagus.. Lain halnya aku.. aku sedikit memberi komentar baju mana yang paling bagus dan akhirnya dia menemukan pilihannya bukan pilihanku.. Dia memang sedikit menyebalkan dan menyenangkan..

" ayoo kak queen siap-siap.. dandan yang cantik yaa " dia berlalu meninggalkan kami untuk mengganti pakaiannya..
" kesalon nggak perlu cantik.. disana kan dipermak " tama setengah berteriak ke renan
" pokoknya harus cantik " renan sudah menutup pintu kamarnya
" kamu nih.. suka banget ganggu dia " aku tersenyum ke tama
" abis udah gede masih manja.. kalo kamu sama reza bisa.. aku nggak bisa.. "
" diih.. ya dibisain dong.. namanya dia anak bontot"
" iyalaah.. dibelain trus tuh "
" diiih.. apaan.. udah. aku siap-siap dulu " aku meninggalkannya
" jangan cantik-cantik "
" kenapa.? kan mau jalan, harus cantik dong "
" kalo renan boleh, kamu jangan "
" kenapa memangnya sama aku ?"
" pokoknya jangan.."
" nggak jelas " aku meninggalkannya lebih jauh
" jangan cantik-cantik " dia setengah berteriak dan aku masih mendengarnya.. bukan sebel yang kurasa mala aku senyum-senyum sendiri dikamar reza..

Aku bergegas mengganti bajuku dengan baju kaos warna merah marun dan celana jins.. Simple saja karena aku memang sedang tak bersemangat untuk memakai yang terlalu ribet.. Rambut aku biarkan tecepol apa adanya tanpa memoles wajahku.. Karena memang aku sudah terbiasa seperti ini..

Aku keluar kamar dan duduk disebelah tama.. Dia melihatku dan tersenyum.. Tetap saja cuek.. Sementara renan, dia belum juga selesai.. Butuh waktu 10 menit untuk menunggunya.. Dan itu dengan teriakan tama..

" ren.. cepetan geh.. lama amat.. mau dandan gimana juga tuh muka masih sama ajah.. "
" bentar mas.. bentarr "
" udaah biarin ajah ah " aku berkata ke tama
" kayak mau kemana ajah.. artis ajah nggak selama dia "
" udahlah.. namanya dia pengen selalu cantik "
" iyaalaaah "

Renan sudah keluar kamarnya dengan penampilan yang super cantik.. Bajunya sedikit sexy tapi biarlah, aku tak mau banyak melarangnya.. Setidaknya dia bukan ceek centil jika didepan umum.. Dan justru dia terlihat cuek..

" loh,, kak queen kok belum siap-siap ?" dia bertanya heran saat melihatku dari dekat
" udah kok.. "
" gini ajah kak ?" dia bertanya kepadaku
" iyaa.. mau kayak lenong apa pake dandan segala.. udah ah yuk " tama beranjak meninggalkan kami
" iih.. ganti dong kak.. ganti... ya kak yaa "
" jadi pergi nggak.? kalo nggak aku keluar nih " tama sudah berteriak dari pintu
" tuh.. mas mu udah marah.. ayo berangkat "
" kak queen.. ganti dong.. " dia masih merengek
" udah gini ajah.. mas mu marah nanti.. yuk.. " aku menggandengnya keluar, renan masih tak terima tapi dia terpaksa menurut dengan tama.. dia hanya menunjukan wajah manyunnya sampai didalam mobil..

" kalo cemberut trus, aku nggak mau nemenin nih "tama selalu berusaha mengancamnya
" kak queen.. " dia sudah mengadu kepadaku
" udah dengerin ajah mas mu.. " aku berkata lembut kepadanya
" tuh.. nurut makannya " tama sedikit mengejeknya
" kamu juga ikhlas anterinnya " aku berkata ke tama sambil mengingatkan jangan mengganggu renan..

Tama hanya tersenyum.. sementara renan sudah menghilangkan sedikit kerutan dibibirnya.. Memang terkadang lucu melihat mereka.. Tapi ah sudahlah.. ini tak akan lama..

-------------------------
Benar yang dikatakan tama, jalan bersama renan merupakan perjalanan yang akan membuat kita menyesal jika mengikutinya.. Beriniat kesalon tapi justru entah kemana tujuan yang dia tetapkan.. Sengaja memilih salon didalam mall agar berjalan-jalan.. Dan aku mengerti apa yang dia maksudkan.. Menjelajah isi mall dan membeli beberpa barang yang dia pilih beberapa kali.. Dan ini spontan merubah ekspresi wajahku.. Sepanjang jalan tama hanya cuek dan renan memang cuek terhadap tama.. Renan lebih memilihku untuk menemaninya didalam atau memilihkannya apa yang akan dia beli.. Awalnya memang menyenangkan dan kami bercanda bersama tama juga, tapi belom akhir dan masihpertengahan sudah menyebalkan..

Aku memang wanita.. tapi entah mengapa aku berbeda.. kalau disuruh milih lebih baik aku ke gramedia membeli resep masakan, novel, komik, apapun itu daripada harus menemani seorang wanita yang gila belanja dan menghabiskan waktu untuk ini sangat melelahkan.. Dan herannya renan yang memakai rok bahkan sepatu hak tinggi bisa tahan berjam-jam berjalan kaki keluar masuk tokoh yang ada.. ya TUHAN, dia wanita super kuat.. beda denganku yang sudah pegel..

Kami masuk kesalah satu tokoh.. disini agak lama, karena renan galau memilih yang akan dia beli.. dan aku memilih duduk saat melihat ada deretan bangku di tokoh itu..
" ren.. " aku memanggilnya
" iyaa kak " dia masih asik memilih celana tanpa menoleh ke arahku
" kakak duduk dulu ya.. pegel nih "
" ooh.. iya kak.. jangan jauh-jauh tapi ya kak " dia berkata dengan nada manjanya

Dan aku meninggalkannya mencari bangku yang sdikit tak terlihat jika ada yang berlalu lalang dan menselonjorkan kakiku.. Rasanya seperti disyurga.. Aku buka spatuku.. Ya TUHAN, kakiku sudah ada yang lecet.. Kalau tau akan seperti ini mending pakai sandal saja.. Tapi ya sudahlah, terima saja.. Ikhlas, seperti perkataanku ke tama.. Sejenak aku memejamkan mataku.. rasanya capek sekali.. Ingin rasanya merebahkan badan dikasur..

" Capekkan ?" Tama tiba-tiba muncul didepanku dengan posisi jongkok da sudah membawa minuman.. entah sudah berapa lama kami tak minum.. aku sampai lupa..
" ya gitulah " aku berkata singkat kepadanya
" masih ajah bisa sabar ya " dia menyodorkan minuman kepadaku dan duduk disampingku
" selama aku bisa.. pasti " aku menyeruput minuman yang dia berikan
" setiap hari kek gini gimana ?"
" nggak mungkin jugalah.. "
" renan sanggup loh .."
" nggak capek apa dia.?" aku bertanya ke tama
" nanti kamu juga tau alasannya "
" maksudnya ?"
" iyaa.. semua yang dia lakukan kenapa.? dan kenapa dia selalu menikmati semuanya dengan senyum.. " tama berkata singkat dan aku masih bingung..
" entahlah, ada sesuatu di dia yang buat dia berbeda "
" nanti juga kamu tau kenapa.?"
" maksudnya.?"
" kamu kan selalu deket sama orang yang sama "
" eh.. apa lagi itu.?"
" udah skip.. abisin tuh.. biar enakan badannya "
" iyaaa.. " dia mengusap kepalaku

Kami masih mengobrol sambil menunggu renan.. Setelah renan selesai tama ngotot mengajak pulang dengan berbagai alasan.. Dan mereka terlibat beberapa pertengkaran kecil.. Antara gadis manja dan lelaki yang tak bisa menerima kelakuan manjanya (sedikit).. Dan akhirnya kami bisa pulang.. Sepanjang jalan tak banyak kata dari tama.. Namun renan, dia berceloteh tentang apa yang dia ingin celotehkan bahkan sesekali menyindir tama yang tak mau menemani kami berdua ke rute selanjutnya.. Tapi aku bersyukur.. Penderitaanku berakhir.. Dan aku bisa istirahat sejenak sebelum aku berangkat kerja.. Karena aku sangat ingin sekali tidur.. ya tidur..

------------------------
" renan tidur ya kak " renan sudah berpamitan kekamarnya begitu tiba dirumah
" iyaa.. jangan lupa bersih-bersih dulu ya " aku mengelus kepalanya yang dibalas dengan anggukan..
" eh.. angkat nih belanjaan.. " tama sudah mengomel
" nanti ajah.. capek.. " dia sudah beranjak meninggalkan kami
" udahlaah.. sini aku yang angkatin " aku berkata ketama
" nggak usah aku ajah " dia sudah mengangkat belanjaan renan " kamu istirahat ajah.. "

Aku dan dia berjalan kedalam rumah.. Dia menuju kamar renan dan meletakannya didepan kamar renan.. Sambil memberitahu renan kalo belanjaannya ada didepan kamarnya.. Sementara aku sudah merebahkan badanku di karpet depan TV.. Memeluk bantal yang ada disana.. Dan aku memejamkan mataku.. Dan.. Terasa hangat peluknya dari punggungku.. Aku mencoba melepasnya.. Namun...

NEXT PART 55
Share:

Arsip Blog

Pengunjung

Blog Archive