Beauty in the dark part 17

Pria Tanpa Nama

Kondisi tara membaik, seperti biasa jam makan siang ada perawat yang datang untuk memantau kondisinya. Dan memang dia lebih butuh ketenangan beberapa waktu.. Dia masih tertidur disampingku dengan lelapnya.. Aku memutuskan menelepon anda, karena dia akan benar-benar bosan dikos dan baiknya aku memutuskan untuk membiarkannya pulang.

" halooo " terdengar suara serak dari anda
" masih nangis ?"
" hmmmm "
" mau sampe kapan nangis, nanti matanya juling baru tau "
" hmmmmm " dia masih merengek dalam isaknya
" yoodaah.. cari tiket, besok atau lusa anda bisa pulang "
" serius kak ?" dia bertanya dengan nada keceriaan
" iya.. kapan kakak bohong sama anda ?"
" makasih ya kak "
" iyaaa.. udah ya.. kakak mau tlp mama dulu.. jangan nangis lagi "
" hehehe iyaaa kak " aku mendengar cengiran kudanya diujung tlp

Mungkin ini keputusan yang tidak menguntungkan bagiku, tapi aku memang tak bisa menjaga anda.. Untuk memasakannya makanan saja aku tak bisa.. dan ini jalan terbaik untuk memulangkannya sementara waktu ke rumah.. walau aku harus mengeluarkan uang yang cukup besar, tapi tak apalah.. Setidaknya beban pikiranku berkurang dan aku cukup memikirkan tara, kampus dan pekerjaanku.. serta dia yang ada disebelahku.. #nantinya

" kak queen " terdengar suara diar dari balik tlp
" diar yaaa ?"
" iyaaaa.. kak queen apa kabar ? lama tak tlp lah "
" baik dek.. diar suaranya udah berubah yaa.. lebih besar.. macam bapak2 lah " aku tertawa mengejeknya
" iss... kak queen lah.. diarkan udah besar sekarang.. udah tinggi jugaa "
" waaah.. bagus dong.. berapa sekarang tingginya ?"
" 160 kak.. tapi masih tinggian bang odi, gendut lagi "
" masak sih ? udah lama ya kakak nggak pulang.. atau kelen yang cepet gedenya "
" kakak sih nggak pulang2 "
" iyaa.. kapan2 pulang kok.. mama mana dek ?"
" lagi didepan kak jaga kios "
" sekarang buka kios dek ?"
" iyaa.. kalo libur bukanya dari pagi kalo nggak libur yang duluan pulang yang buka "
" ooh.. banyak yg beli dek ?"
" lumayan kak.. maaaaa.... " terdengar diar sedikit kencang memanggil ibuku.
" kak queen ma "
" ya kak " terdengar suara lembut ibuku yang lebih ringan.. sepertinya beban hidupnya sedikit berkurang kurasa.
" gimana kabarnya ma ? sehat ?"
" sehat.. kakak gimana ? anda nyusain nggak disana ?"
" sehat kok.. ya gitulah ma.. kayak nggak tau ajah anda gimana "
" yang sabar ya kak.. jangan galak2 kali sama dia.. kasian dianya "
" belom digalakin ajah udah nangis ma, apalagi digalakin " aku tertawa kepada ibuku
" ya makannya mama bilang jangan digalakin.. bisa stress dia nanti.. "
" iya loh.. besok atau lusa dia pulang ma "
" loh.. kenapa ?"
" iyaa.. kakak lagi sibuk disini, dia nggak ada temennya sendirian trus.. lagian masuknya masih lama juga "
" trus ongkosnya ? duit darimana ?" suara ibu mulai melemah
" udah kok.. dari kakak semua.. nggak usah dijemput dianya biar sendiri ajah pulang kerumah.. nanti juga gitu.. biar nggak manja dia "
" udah beli tiketnya kak ? kalo belum nggak usah pulang ajah kak "
" udah kayaknya.. udahlah ma.. kakak nggak bisa perhatiin dia seharian ma.. daripada dia nanti dia sakit atau gimana kakak nggak tau.. yoda pulang ajah.. lagian dia pasti cari tiket paling murah ma.. "
" hemmm.. yaudah kalo memang gitu kak "
" iyaa.. kakak bakal kasih syarat juga ke dia.. kalo nilainya nanti jelek, uang bulanan dipotong buat lunasin tuh tiket.. kalo nilainya bagus.. ya tuh tiket bakal gratis.."
" iya kak.. baiknya ajah nurut kakak.. kakak lagi dimana ini ?"
" di rumah sakit ma, jengukin tara "
" loh.. tara sakit apa ?"
" abis jatuh, tapi udah baikan.. ortunya juga udah kakak kabari ma "
" syukurlah.. yang sabar juga jagain taranya ya kak "
" iya ma.. sabarkan nggak ada batasnya ma kayak ayah bilang "
" itu baru namanya anak perempuan mama " seketika aku teringat lagu batak yang pernah dinyanyikan mama tentang anak perempuannya yang tertua..
" iyaa ma.. udah dulu ya ma, jaga kesehatan, salam sama yang lainnya.. jangan banyak pikiran ya ma "
" kakak disana juga ya.. salam sama anda ya "

Pembicaraan singkat pun terputus sampai disini saja.. Aku menarik nafas beratku dengan panjang.. Mencoba merangkai segala kejadian yang dalam hidupku dan memang aku harus kuat dalam setiap hidupku.. Aku melihat tara sejenak, teman yang muncul dimasa sulit dalam hidupku.. Dia tak selalu jadi yang terbaik tapi dia selalu ada.. ya dia selalu ada setidaknya untuk saat ini..

" nangis ajah " suara lembut malam itu menyapaku kembali " kalau kamu tak kuat memendamnya, luapkan dengan menangis.. tapi bukan tangisan rintihan.. "
" tapi.. aku tak bisa menangis " aku menjawabnya dengan lemah
" mustahil nggak bisa, kamu cuma menahannya dari dulu "
" itulah sebabnya aku tak bisa menangis "
" bukankah setiap manusia pasti menangis, bahkan saat kita lahir, tangisan yang pertama kali keluar dari kita "
" kamu mungkin mengerti, tapi kamu tak memahami "
" kalau masalah memahami, setidaknya ada sisi lain dari hidupku yang tak kamu pahami bahkan mengerti, jadi sama saja "
" aku memang nggak ngerti dan paham.. tapi aku pernah merasakannya.. dan mungkin berbeda.. "
" sudah kuduga "
" maksudmu ?"
" kamu memang berbeda dan benar berbeda.. "
" eh.. kok bisa ?"
" ya bisa ajah.. udah nggak usah kebanyakan tanya.. udah makan siang belum ?"
" belum.. lapar juga ternyataa.. " aku memasang ekspresi memelas ke arahnya
" yodah.. tunggu, aku beliin makan.."
" beneran ?" aku mengembangkan senyum ceria kepadanya
" iyaa loh.. nanya muluk.. sekali lagi tanya, aku beliin daging tikus kamu "
" iih... coba ajah berani kasih aku daging tikus.. aku tendang kamu "
" yeee.. nih anak.. dasar aneh "
" udaah.. katanya mau beliin makan.. buruan dong.. aku laper ini "
" iyaaa.. bawel.. "
" yang enak yaa.. makasih yaaa .. ---------- " aku baru sadar aku tak tau siapa namanya.. dan bodohnya aku aku tak bertanyaa.. dan kenapa dia tak memberi tahu namanya kepadaku.. bahkan dia berlalu santai meninggalkanku dikamar yang masih kebingungan..

Aku memilih merebahkan badanku, lebih tepatnya tidur sih.. Kondisi tara tak ada masalah serius.. hanya dia memang belum sepenuhnya sadar karena guncangan kecelakaan dan luka yang sebagian besar berada di bagian wajah dan kepala, beberapa goresan dan memar di tangan dan kaki.. dia hanya butuh menunggu kesadaran sepenuhnya agar bisa kembali normal karena bagian tubuh yang lain tidak begitu terluka parah. Dan aku tertidur..

Dialam mimpiku, entah mengapa aku berada dipelukannya.. menangis dengan lirihnya.. dia yang memelukku dengan lembut dan membelaiku dengan kasih sayang dan entah mengapa aku memimpikannya.. " bukan aku yang datang untukmu, tapi kamu yang datang untuk melengkapi ku " dia berkata lembut dan mengecuk keningku " terimakasih, karena kamu nyata " sekilas bisikan lembut ditelingaku seperti terdengar nyata..

Aku membuka mataku secara perlahan.. dan masih seakan bisa kurasakan kecupan bahkan bisikan lembut ditelingaku.. Kulihat dia sudah ada disampingku, entah sudah berapa lama dia ada disana.. entahlah.. Terkadang dia seperti hantu yang tiba-tiba muncul dalam hidupku tanpa disengaja dan memang dia hantu..

" yuk makan " dia mengangkat bungkusan ditangannya ke arahku
" beli apa ?"
" daging tikus "
" iiih.. jorok banget sih "
" abisnya tanya trus.. ditanya makan apa terserah tapi tanya trus.. siapa yang nggak sebel coba "
" iyaa deh.. sorry "
" siapa cowok yang bakal tahan sama mu ?"
" ada kok.. banyak "
" siapa ?"
" tuh tara salah satunyaa.. " aku tersenyum manis
" syukurlah masih ada.. "
" maksudmu loh ?"
" udaah.. makan jangan nanya muluk.. cuci tangan geh "
" iyaaa.. iyaaa... "

Aku bergegas mencuci tanganku, dia sudah menyiapkan bungkusan yang dibawanya.. dan kami makan bersama..

" makannya jangan berantakan dong "
" nanti kan dirapihin sih "
" kalo bisa sekarang ngapain nanti loh "
" hadduuuh.. sampe makan ajah beantem lah "
" eh... sorry... udah makan lagi " aku hanya nyengir kuda kepadanya
" nggak capek apa ngerep trus "
" tau ah.. udah bawaan kali "
" eh.. bawaan bayi ?"
" kagak lah.. bawaan emak ku.. jadi suka ngerep juga akunya "
" ooh.. pantesan ajah "
" yodaah.. abisin dulu baru ngobrol "

----------------

Lagi, kami hanya diam disaat menjaga tara.. menunggu kehadiran yang lain untuk bergantian menjaganya..
" ntar pulang kerja kesini lagi ?" dia bertanya tanpa memalingkan wajahnya dari TV, dengan posisi tidurnya yang sedikit menyebalkan. Aku yang tadinya membelakanginya sekarang menoleh kearahnya.
" kayaknya sih iya.. tapi paginya balik dulu ambil baju sama nemuin adikku "
" oke "
" oke.?"
" iyaa.. okee.. trus apa ?"
" okemu buat apa loh ?"
" ya buat nemenin kamu kemana2 loh, pakek nanya.. nggak capek apa nanya muluk "
" nggak,, ngapain kamu nemenin aku trus ?"
"kan aku udah janji "
" janji kapan ?"
" ntar juga kamu tau "
" iih.. apaan sih nih anak.. kenal juga nggak.. main janji2 segala " untuk perkataan ini aku sedikit kasar, padahal dia sudah baik sekali terhadapku.
" kamu yang apaan.. bilang makasih kek apa kek.. mala diomelin trus akunya "
" eeh.. sorry.. eh.. makasih.."
" gitu dong.. senyum jangan lupa "
" diiih.. bawel.. eh.. namamu siapa ?"
" ooh.. akhirnya ditanya jugaa.. kira bakal dianggurin sampe besok2.. "
" serius ini loh... siapa namamu ?"
" beda satu huruf sama tara kok "
" udah ah.. malas.. tanya serius mala gitu "
" iihh.. dasar .. tama... panggil ajah tama "
" salam kenal tama " aku menjulurkan tanganku ke dia.. dia terlihat bingung melihat tanganku dan senyuman manisku.. aku memberi isyarat bahwa dia harus menyambt tanganku dan dia menyambutnyaa, kami saling tersenyum dan bertatap satu sama lain untuk sesaat..

Sambutan tangan yang akan berlanjut untuk seterusnya dan akan terlepas disaat yang tak bisa disangka.. yaa.. Tatapan dan senyum yang akan bertemu kembali disaat yang tak bisa disangka.. dan aku suka caranya memandangku... penuh tanda tanyaaa...


----------------------------------
Dia berjalan digelapan malam..
Wajah senduh nan rupawan menghias kegelapan malam..
Mencari serpihan cinta yang tersisah untuknya..
Mendambah pujaan hati yang semakin menjauh darinya..
Menguatkan setiap luka yang terukir dalam hidupnya..

Dia..
Pria tanpa nama yang kini ada dalam torehan kisahku..
Pria tanpa nama yang mencoba berbagi kisah denganku..
Pria tanpa nama yang berteman dalam kesepian..
Pria tanpa nama yang mengerti akan arti kehilangan..

Kini..
Dia masih menanggung beban yang tak tertahan..
Menusuk pilu dalam aliran darah..
Menghentikan jantung dengan gegabah..
Mencekam jiwa yang semakin teraniaya..
Menikam hati yang tak pernah bahagia..
Dan.. Meratapi betapa pahitnya kesunyian jiwa..

Yaa..
Dia...
Hadir dalam serpihan kisahku..
Untuk sekejap dalam alunan lagu senduh..
Untuk sebentar berbagi rasa pilu..
Untuk sejenak mengerti arti berbagi duka..
Untuk sesaat , aku menyayanginya...
Bukan untuk selamanya..
Karena aku dan dia..
Hanya bersua untuk alasan yang tak pernah pasti..
Dan tak tau apa itu..


Pria tanpa nama

NEXT PART 18
Share:

Arsip Blog

Pengunjung

Blog Archive